One Day One Hadist ( ODOH
236)
Sifat Shalat Nabi Muhammad Shalallahu
alaihi wasallam
عَنْ عَائِشَةَ رَضيَ الله
عَنْهَا قَالَتْ: “كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم
يسْتَفْتِحُ الصلاةَ بِالتَّكْبِيرِ، وَالْقِرَاءةِ بـ “الْحمْدُ لله رَب الْعَالَمِينَ “. وَكَانَ إذا رَكَعَ لَمْ يُشْخِصْ رأسه وَلَمْ
يُصَوِّبْهُ وَلكِنْ بَيْنَ ذَلكَ. وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رأسه مِنَ الركوعِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوي
قَائِماً. وَكَانَ إذَا رَفع رَأسَهُ مِنَ السًجْدَةِ لَمْ
يَسْجُدْ حَتَّى
يَستَوِيَ قاعدا، وكانَ
يقولُ في كُلّ ركْـعَتَيْن التّحيّةَ. وَكَانَ يَفْرش رجلَهُ اليُسْرَى وَيَنْصِـب رجله الْيُمْنىَ. وكان ينهى عَنْ عُقبَةٍ
الَشَّيْطَان ويَنْهَى أنْ يَفتَرِش الرجُلُ ذِراعَيْهِ افتراش
السبعِ، وَكان يَخْتِمُ الصّلاةَ بالتّسْلِيم” .
Dari Aisyah rodhiyallahu anha berkata “ Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam ketika shalat (berjama’ah) beliau membuka shalatnya
dengan takbir, kemudian Rasulullah membaca Al fatihah langsung Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin ( basmalah dibaca sirr/pelan pent.), tatkala ruku beliau
tidak mendonggakkan kepalanya, dan tidak pula menundukkannya tetapi diantara
keduanya yaitu lurus punggungnya ( sejajar dgn badan pent. ), dan ketika
bangkit dari ruku’ tidak langsung sujud sampai beliau dalam keadaan tegak
berdiri, demikian pula ketika bangkit dari sujud, tidaklah beliau sujud lagi
kecuali setelah tegak lurus duduknya, dan setiap dua rakaat beliau mengucapkan
attahiyat ( tasyahud) ketika duduk, kaki kiri beliau di hamparkan dan kaki
kanannya di tegakkan, beliau melarang duduk seperti duduknya syaithan dan
melarang sujud seperti sujudnya binatang buas ( tangan dan sikunya menempel
ketanah pent.) dan beliau menutup shalatnya dengan salam ( mutafaqun alaihi) .
Makna dan Faedah Hadist :
1.
Dalam
hadist tsb diatas Aisyah istri Rasulullah menjelaskan sifat dan tatacara Shalat
Rasulullah, dimana Rasulullah memulai shalatnya dengan takbiratul ikhram (
bukan dengan nawaitu usholli atau bacaan surat an naas dsb) tetapi langsung diawali dengan takbiratul ihram “ Allahu
Akbar “ , dan tidak mengulang-ulang takbiratul ihramnya.
2.
Apa
yang disebutkan aisyah tentang sifat shalat Nabi ini adalah yang selalu dan
senantiasa beliau rutinkan dan lakukan secara umum, karena pengertian kata
“kaana” (كان ) dalam
hadist ini menunjukkan keseringannya Rasulullah .
3.
Wajibnya
membaca takbiratul ihram yaitu ucapan “Allahu Akbar” ( dengan megangkat kedua
tangan ) , dan sejak itu diharamkan seluuruh perbuatan dan perkataan yang bukan
merupakan bagian dari shalat, dan lafadz takbiratul ihram selain ‘ Allahu Akbar
“ tidak dianggap sebagai awal masuk / permualaan shalat, karena takbir disini
adalah masalah “ ta”abbduiyyah” ( ibadah ) yang harus sama mengikuti dalil
dan tuntunan Nabi.
4.
Wajibnya
membaca Alfatihah dan sunnah membaca Basmalah yang sirr ( lirih/pelan)
insyaallah demikian, dan ini telah diterangkan oleh para a’immah seperti yang
telah disebutkan dalam tafsir ibnu katsir ( yang bermandzab syafi’ii pent.) dan
dalam tsfsir tersebur dibawakan ikhtilaf para ulama ada yang mengatakan
basmalah adalah sab’ul mastanni ( termasuk 7 ayat yang diulang-ulang ) sehingga
harus dibaca, akan tetapi yang rajih / kuat cara membacanya dengan sirr ( pelan
/ liirih ) akan di BC-kan menyusul in-sya Allah .
5.
Wajibnya
ruku’ dan yang paling utama ketika ruku’ itu posisi kepala lurus ( dengan
punggung) tidak terlalu mengangkat keatas dan tidak terlalu menunduk.
6.
Wajibnya
bangkit dari ruku’ dan wajib pula i’tidal (tegak dan lurus) ketika berdiri
setelah bangkit dari ruku’ tersebut
7.
Wajibnya
sujud dan wajib pula bangkit dari sujud dan i’tidal (tegak
dan lurus) ketika duduk diantara 2 sujud .
8.
Wajibnya
mengucapkan tasyahud setiap dua raka’at apabila shalatnya dua rakaat maka
setelah itu mengucapkan salam ( seperti shalat subuh ) kalau empat rakaat maka setelah itu berdiri
melanjutkan rakaat ke-3 dan ke- 4 dan membaca tasyahud lagi pada rakaat
terakhir .
9.
Disyariatkan duduk iftirasy pada
tasyahud Awwal yaitu dgn menduduki kaki/tumit kiri dan menegakkan telapak kaki
kanan dgn dalil :
عن وائل بن حُجْر قال: ” صليت خلف النبي صلى
الله عليه وسلم، فلما قعد وتشهد، فرش قدمه اليسرى على الأرض وجلس عليها”.
Dari Wail bin hujr dia berkata ” aku pernah shalat dibelakang Nabi, ketika
beliau duduk utk tasyahud (1) beliau meletakkan kaki kirinya diatas bumi
dan duduk diatasnya
10.Adapun
Tasyahud akhir maka yg utama adalah duduk tawarruk yaitu dgn menghamparkan kaki
kiri dan menegakkan telapak kaki kanan sehingga duduk dilantai bukan dikaki/tumit,
11.Duduk
iftirosy dan tawarruk tsb berlaku untuk pria dan wanita , tidak terdapat
keterangan dari sunnah yg menerangkan adanya cara2 khusus untuk wanita yg
berbeda dgn cara kaum laki-laki bahkan Rasulullah bersabda :
: ” صَلُّوا كما رأيتموني أصَلى
“
“Shalatlah kalian semuanya sebagaimana kalian melihat aku shalat “
Dan hadist ini berlaku umum untuk pria dan wanita .
Ibrahim an nakhoir menyatakan : ” dalam shalat wanita melakukannya sama
dgn yang dilakukan oleh laki-laki ( Riwayat ibnu Syaibah 1/27/2, dengan sanad
shahih).
Imam bukhari dalam kitab at tarikh as shaghir hal. 95 meriwayatkan dari Ummu
darda’ Hadist Shahih berbunyi :
Sesungguhnya (Ummu Darda’) dalam shalatnya duduk seperti cara duduknya
laki-laki padahal beliau seorang perempuan Ahli Fiqih ” .
12. Ada beberapa hadist dha’if dan mursal yg menjelaskan perbedaan
shalat wanita dgn pria diantaranya sbb:
A. Diriwayatkan oleh Abu dawud dalam kitab beliau ” Al Marasil ” Dari
rasulullah bahwasannya beliau memerintahkan dua orang wanita untuk shalat maka
beliau bersabda ” apabila kalian berdua sujud maka letakkan dada kalian ke
bumi karena wanita tidak seperti laki-laki “
Hadist ini dinyatakan dhoif oleh syeikh Nasiruddin Al albany .
B. Hadist yg menyatakan bahwa sujud wanita harus mengapitkan tangannya
kelambung, sehingga berbeda dengan laki-laki , hadist tsb mursal tidak boleh
dijadikan dalil , hadist ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Al marasil
87/117 dari Yazid bin Abi Hubaib , hadist tsb telah disebutkan dalam kitab Ad
dhoifah no. 2652.
C. Adapaun hadist riwayat imam ahmad yg tercamtum dalam kitab marosil oleh
putranya Abdullah (hal.71) dari Ibnu umar bahwa dia memerintahkan para wanita
untuk duduk bersila ketika shalat, riwayat tsb tidak shahih krn didalam
sanadnya ada Abdullah ‘umarii.
13. Larangan menyerupai setan ketika duduk tasyahud yaitu duduk diatas
kedua tumit dengan menghamparkan kedua telapak kaki kebumi atau
menegakkan kedua telapak kaki kemudian duduk ( dgn meletakkan pantat kebumi )
diantara kedua kakinya .
Disebutkan dalam kitab syarhrul mumtahiy ” kedua macam duduk ini adalah
duduk yang dibenci ”
14. Larangan menyerupai binatang buat ketika sujud yakni
menghamparkan/menempelkan kedua lengan ketanah dan yang demikian itu
menunjukkan kemalasan dan kelemahan.
15. Wajibnya mengakhiri shalat dgn mengucapkan salam sebagai doa kepada
setiap orang yg hadir shalat berjama’ah ketika itu , maupun yg tdk hadir
dari orang2 yg shalih agar Allah menyelamatkan mereka dari semua kejelekan dan
kekurang , dan tidak ada sunnahnya mengusap muka dan bersalam-salam /
berjabat tangan sesama jama’ah ketika selesai salam dalam shalat, krn hal tsb
tdk pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat .
و
الله أعلم بالصواب
Dinukil dr : Kitab Taisirul ‘Alam syarah ‘Umdatul Ahkam, Karya Abdullah Shalih
Alu Bassam, Kitab As Sholat, Bab Sifat Shalat Nabi , hadist no : 80 Jilid
1, hal: 134-136, Cet. Maktabah Ar Rossyid Riyadh – KSA
سُلَيْمَان
اَبُوْ شَيْخَه
287302DE / 2837AECC
أَسْعَدَ اللّهُ اَيَّامَكُمْ
Semoga Allah menjadikan hari-hari kalian
penuh kebahagian .
Kategori : One Day One Hadist
Ustadz Sulaiman Abu Syeikha
Sumber : http://abusyeikha.blogspot.com/2015/04/one-day-one-hadist-odoh-236-sifat.html